Selasa, 24 Juni 2014

pilih jokowi-jk atau prabowo-hatta ?



Inilah pertanyaan yang menyelimuti banyak orang Indonesia menjelang Pilpres ini: siapa yang akan dipilih? Dua calon Capres-Cawapres akan adu head-to-head karena hanya ada dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden yang bertarung pada Pilpres 2014. Jokowi dan Jusuf Kalla diusung oleh PDIP, Nasdem, PKB, dan Hanura, sedangkan Prabowo dan Hatta Rajasa diusung oleh Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, dan PBB. Agaknya format Jawa-Luar Jawa masih menjadi jurus ampuh untuk memilih pasangan dan menarik pemilih.

Terus terang kedua pasang Capres dan Cawapres ini adalah pilihan yang kurang bagus, punya plus dan minus. Agak sulit menentukan mana yang akan dipilih, tetapi pada akhirnya nanti kita harus memilih yang terbaik dari yang terburuk.
Jokowi memang pemimpin yang tampil sederhana, tetapi bukan berarti dia tanpa kekurangan. Dia dipersepsikan sebagai pemimpin yang ingkar janji. Belum selesai menjalankan amanahnya sebagai Walikota Solo, loncat ke Jakarta, baru dua tahun di sebagai Gubernur Jakarta dia sudah loncat menjadi Capres. Kinerjanya sebagai Gubernur DKI belum terlihat benar hasilnya, tetapi dia tinggalkan tanggung jawabnya sebagai gubernur karena tergiur menjadi Presiden RI. Belum lagi isu Jokowi yang disetir oleh Megawati, seakan-akan Jokowi adalah presiden boneka. Setidaknya itu yang terekam dalam benak publik tentang sosok beliau.
Dari pengamatan saya selama ini, CMIIW, banyak kelompok Islam tidak menyukai Jokowi karena lingkaran orang-orang disekelilingnya. Jokowi diusung terutama oleh PDIP. Bagi kelompok Islam, PDIP adalah partai yang dinilai tidak akomodatif terhadap aspirasi ummat Islam karena di partai ini berkumpul orang-orang berpaham sekuler liberal (sekarang ditambah dengan kelompok Syiah). Partai ini di parlemen sering menjegal RUU yang berkaitan dengan kelompok muslim, misalnya RUU Sisdiknas, RUU Pornografi, RUU Jaminan Produk Halal, RUU Perbankan Syariah, dll. Karena itu kelompok-kelompok Islam selalu menjaga jarak atau menjauhi PDIP. Untuk sebagian alasan juga dapat disangkutkan pada partai Nasdem besutan Surya Paloh.
Untunglah kelemahan dan kekurangan Jokowi ini sebenarnya dapat ditutupi oleh kehadiran Jusuf Kalla. Jusuf Kalla yang berlatar belakang muslim taat (dia mantan HMI, pengurus DMI, dan juga berlatar belakang NU) dapat melengkapi Jokowi apabila nanti dia terpilih menjadi Presiden. Jusuf Kala dapat mengingatkan Jokowi apabila kebijakannya dianggap merugikan kelompok muslim. Andai saja Capresnya Jusuf Kalla dan wapresnya Jokowi, pasti pasangan ini yang akan saya pilih. Untuk sementara cukup “amanlah” meninggalkan Jokowi dengan Jusuf Kalla andai benar mereka yang terpilih nanti.
Namun Jusuf Kalla bukannya tanpa kelemahan. Usianya yang mendekati 70 yang sudah melewati 70 dianggap sudah terlalu tua menjalankan tugas sebagai Wapres, khawatir saja kinerjanya tidak maksimal.
Lain Jokowi lain pula masalah dengan Prabowo. Prabowo selalu dikaitkan dengan isu pelanggaran HAM, yaitu kasus penculikan aktivis pada tahun 1998. Bahkan seolah-olah seluruh peristiwa kerusuhan 1998 selalu ditimpakan kepadanya. Meskipun kasus itu sendiri masih misteri dan simpang siur, namun kelompok penolak selalu menggunakan isu ini untuk menghantamnya. Ini sebenarnya isu basi yang selalu diulang-ulang setiap lima tahun. Anehnya ketika dia menjadi Cawapres Megawati pada tahun 2009 isu penolakan tidak sekencang hari ini, dan Megawati pun tidak mempermasalahkannya waktu itu. Wallahu alam, saya sendiri juga tidak tahu tahu kebenaran apakah memang dia terlibat dengan kasus penculikan tersebut atau hanya isu. Yang dapat kita ketahui hanyalah tulisan-tulisan yang menuduhnya sebagai otak pelaku penculikan. Ah, biarlah, sejarah ditentukan oleh orang-orang yang menuliskannya, dan sejarah ditulis oleh orang-orang dengan berbagai kepentingan. Meskipun demikian, bagi kelompok Islam Prabowo dianggap orang yang banyak jasanya pada Islam pasca lengsernya Pak Harto tahun 1998 itu 80-an.
Hatta Rajasa sebenarnya dapat melengkapi kekurangan Prabowo dari segi Pemerintahan. Hatta adalah teknokrat yang handal, selain itu dia berlatar belakang agama yang kuat seperti halnya Jusuf Kalla (dari Muhammadiyah dan aktivis Masjid Salman ITB). Namun Hatta juga punya titik lemah, yaitu kasus kecelakaan anaknnya yang terkesan diistimewakan oleh polisi.
Sudah saya paparkan plus minus kedua pasang capres dan cawapres tersebut. Tidak ada pasangan yang ideal untuk dipilih, namun saya juga tidak mau golput. Salah satu pasangan pasti saya pilih. Inysa Allah saya menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Hatta untuk saya pilih nanti karena pertimbangan negara ini membutuhkan pemimpin yang tegas, berani, dan berwibawa. Indonesia yang besar sudah lama menjadi bulan-bulanan negara asing, tidak berdaya, dan tidak berdaulat. Bahkan terhadap negara kecil seperti Singapura saja kita takut. Pada era globalisasi yang kompleks dan penuh tantangan berat kita butuh pemimpin yang berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, tidak seperti Pak Beye yang lembek dan tidak tegas. Apalagi pada tahun depan kita memasuki era pasar bebas, jika pemimpinnya mencla-mencle, maka bukan mustahil negara kita menjadi halaman belakang Asia. Jokowi saya lihat tidak punya keberanian seperti itu. Bagaimana memilih prsiden yang merupakan petugas partai jika untuk mengambil keputusan nanti dia berada dalam bayang-bayang Megawati.
Sosok yang tegas, berani, dan berwibawa itu saya lihat ada pada diri Prabowo. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar